<a href=http://zawa.wordpress.com>Zawa Clocks</a>

Pages

RSS

Kamis, 08 Maret 2012

Observasi Terhadap Pengamen Cilik

Observasi terhadap pengamen cilik di jalan-jalan raya ini merupakan observasi saya atas tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah saya. Berikut adalah deskripsinya dan hasil wawancara.


Deskripsi Hasil Observasi :

Hari Minggu tanggal 11 Desember sekitar pukul 14,00, Saya pergi ke daerah Soekarno Hatta untuk melakukan observasi terhadap  anak jalanan. Di dalam pengamatan tersebut saya menjumpai beberapa anak kecil berjumlah kira-kira 6 anak dan berusia sekitar 8-11 tahun, yang berprofesi sebagai pengamen dan pengemis di jalan raya, kususnya di perempatan rambu lalu lintas. Tidak ada orangtua atau orang dewasa yang mendampingi mereka. Mereka sepertinya sudah terbiasa dan tidak takut lagi dengan bahaya lalu lintas yang padat. Saat lampu merah menyala, mereka dengan sigap menyerbu mobil-mobil yang tengah berhenti. Hanya berbekal gitar yang sudah usang dan bernyanyi lagu-lagu jaman sekarang beberapa menit, koin bahkan lembaran kertas uang mereka dapatkan.
Di hari kedua, Senin tanggal 12 Desember sekitar 18.00, Saya kembali ke daerah tersebut untuk mengamati anak jalanan. Dan masih Saya menemukan segerombolan pengamen kecil yang semangat bekerja, namun mereka yang Saya lihat sekarang berbeda dengan anak-anak di pengamatan pertama. Hanya satu diantaranya yang sama dengan anak yang saya lihat kemarin. Sekitar seperempat menit saya mengamati, tiba-tiba mereka memutuskan untuk menyudahi mengamen dan pergi ke tempat lain. Ternyata mereka pergi ke sebuah warung makan sederhana tidak jauh dari tempat tersebut.
Di hari ketiga, Selasa tanggal 13 Desember, Saya pergi keperempatan jalan tersebut sekitar pukul 15.00. Saat itu anak-anak jalanan tersebut sedang asyik duduk-duduk di trotoar dan bergurau, hanya 2 anak yang aktif bekerja mendatangi mobil dan sepeda motor yang sedang berhenti menunggu lampu hijau menyala. Disitu Saya menemukan anak yang sudah 2 kali Saya temui kemarin. Saya mendekatinya dan mengajaknya mengobrol sebentar untuk wawancara. Dan berikut adalah wawancara Saya dengan salah satu pengamen kecil tersebut.

Hari                 : Rabu
Tanggal           : 13 Desember 2011
Pedoman Wawancara:
1.      Siapa nama kamu ?
2.      Kamu tinggal dimana ?
3.      Dimana orangtua kamu sekarang ?
4.      Apakah Ibu tidak bekerja?
5.      Apakah kamu tidak sekolah ?
6.      Kenapa mengamen? Apakah dipaksa oleh orang tua?
7.      Dalam sehari berapa rata-rata uang yang bisa didapat? Dan untuk apa?
8.      Kamu tidak capek? Atau takut berada di jalan yang ramai lalu lintas?
9.      Bagaimana dengan tugas sekolah? Apakah mengamen tidak mengganggu aktivitas sekolah kamu?
10.  Apa suka dukanya menjadi pengamen? Apa ada rencana untuk berhenti mengamen?

Deskripsi hasil wawancara:

Siapa nama kamu ?
Nama saya Arif kak..
Kamu tinggal dimana ?
Di Malang.
Dimana orang tua kamu sekarang ?
Ibu sedang di rumah. Ayah sudah tidak ada.
Apakah Ibu tidak kerja?
Kerja, jadi pembantu rumah tangga, tapi tidak tentu. Hanya saat ada yang meminta untuk di bantu saja.
Apakah kamu tidak sekolah ?
Saya sekolah. Sekarang kelas 4. Setelah pulang sekolah saya mengamen disini. Sekitar jam 7 malam saya pulang.
Kenapa mengamen? Apakah dipaksa oleh orang tua?
Sebenarnya tidak ada paksaan dari orang tua.
Dulu saat saya masih kecil saya sering diajak kakak saya untuk mengamen di daerah sini. Lalu saat saya sudah agak besar dan bisa mandiri, kakak memberikan tempatnya disini dan mencari tempat lain. Jadi walaupun saya tidak dipaksa, saya sudah terbiasa berada di jalan sebelumnya.
Dalam sehari berapa rata-rata uang yang bisa didapat? Dan untuk apa?
Dalam sehari bisa dapat sekitar 50.000, itu sudah diluar makan dan transport untuk pulang pergi.
Uang itu Saya pakai untuk beli beras di rumah, dan sisanya Saya pakai sebagai uang saku. Jadi untuk jajan di sekolah saya sudah tidak minta lagi sama ibu.
Kamu tidak capek? Atau takut berada di jalan yang ramai lalu lintas?
Sudah biasa, sekalian jalan-jalan aja sama teman-teman yang lain.
Bagaimana dengan tugas sekolah? Apakah mengamen tidak mengganggu aktivitas sekolah kamu?
Saya tidak merasa terganggu, mungkin hanya capek sedikit dan saat pulang langsung istirahat, sehingga sering lupa dengan tugas atau PR dari sekolah. Dan akhirnya Saya kerjakan di sekolah sebelum pelajaran.
Apa suka dukanya menjadi pengamen? Apa ada rencana untuk berhenti mengamen?
Suka dan dukanya mengamen banyak sekali. Sukanya, saat kita dapat uang banyak dari orang-orang.  Apalagi jika ketemu sama orang yang kaya, kadang diajak makan karena kasihan melihat kami. Sedang dukanya, kalau ada orang yang tidak memberi uang malah marah-marah dan membentak. Saat hujan deras, kami kadang hanya dapat uang sedikit karena jalanan cenderung sepi.
Kalau rencana untuk berhenti, sekarang ini belum terpikirkan. Karena Saya begini juga untuk mengurangi beban ibu. Selain itu, mengamen juga bukan pekerjaan yang sulit. Hanya dengan modal gitar dan bernyanyi sebentar Saya sudah dapat uang.


KESIMPULAN :
Anak jalanan yang menjadi pengemis, pengamen, pengasong, dan lain sebagainya sangat mudah dijumpai di kota besar seperti Malang. Begitu banyak faktor yang menjadikan mereka sebagai pekerja jalanan yang keras dan beresiko, terutama karena faktor ekonomi keluarga dan tuntutan kebutuhan hidup yang harusnya menjadi tanggungan orang tua. Seharusnya yang mereka lakukan adalah belajar dan bermain seperti layaknya anak-anak seumur mereka tanpa harus mencari uang untuk dapat tetap bertahan hidup. Masa depan Bangsa dan Negara Indonesia terletak di tangan generasi penerus. Kualitas SDM yang rendah sangat berpengaruh pada kondisi negara kita tercinta ini baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Salah satu hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu anak-anak kecil yang bekerja sebagai pengamen cilik, pedagang asongan, pengemis, dan lain sebagainya di jalanan adalah dengan tidak memberi mereka uang serta memberi tahu orang lain untuk tidak memberi juga walaupun merasa sangat kasihan.
Apabila tidak ada satu orang pun yang memberi mereka uang, maka anak-anak jalanan tersebut tidak akan ada. Alangkah lebih baik jika uang tersebut kita kumpulkan untuk membantu biaya pendidikan mereka daripada kita membantu biaya foya-foya preman yang mempekerjapaksa anak di bawah umur, biaya hidup orangtua yang memaksa anaknya bekerja di jalan sedangkan mereka hanya melihat dari jauh, bahkan bersantai di rumah dan lain sebagainya. Jika mereka terbiasa mendapat uang mudah dari bekerja di jalan, maka mereka setelah besar / dewasa kelak akan tetap menjadi pekerja jalanan.
Lalu bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan anak jalanan tersebut?
Menurut UUD 1945, ‘”Anak terlantar itu dipelihara oleh Negara”, artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk pengamen cilik. Hak asasi anak jalanan pada hakikatnya sama dengan hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Anak. Maka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan, lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan, kesahatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, rekreasi dan budaya, dan perlindungan khusus.

0 komentar:

Posting Komentar