<a href=http://zawa.wordpress.com>Zawa Clocks</a>

Pages

RSS

Sabtu, 14 April 2012

Keanggotaan Baru UKMP


Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis (UKMP), salah satu UKM di Universitas Negeri Malang sedang sibuk mempersiapkan perekrutan keanggotaan baru. Setelah membuka pendaftaran bagi calon anggota, selama 4 hari dilakukan acara diklat peserta, yang terbagi atas diklat ruang (9-10 Maret 2012) dan diklat alam (24-25 Maret 2012).
Diklat ruang yang diselenggarakan di gedung E6 lantai II Fakultas Sastra ini diikuti oleh sekitar 180an mahasiswa dari berbagai macam jurusan angkatan tahun 2010 dan 2011 Universitas Negeri Malang. Semua peserta diklat diwajibkan mengenakan atasan baju putih dan bawahan hitam. Sebelum memasuki ruangan, panitia melakukan prsesensi kehadiran peserta, memberikan snack dan notebook, serta memeriksa barang bawaan yang telah ditentukan satu hari sebelumnya, antara lain ID Card, payung atau jas hujan, dan alat tulis. Kemudian para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok.

Pukul 08.00, acara dibuka oleh pembawa acara dan kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Pembina dan kakak tingkat dari UKMP. Peserta diberikan kesempatan untuk bertanya apa saja mengenai UKMP. Setelah itu, disampaikan materi mengenai kepenulisan yang mencakup fiksi, ilmiah, dan jurnalistik oleh pemateri yang telah professional di bidangnya. Usai pemberian materi, tidak hanya dilakukan tanya jawab saja, tetapi peserta juga diberikan tugas sesuai dengan materi yang diajarkan, antara lain melakukan wawancara dengan anggota UKM lainnya, membuat puisi dan cerita pendek, serta menuliskan idea tau judul tentang karya ilmiah. Di akhir acara, panitia memberikan pengumuman pemberian sanksi terhadap para peserta yang melanggar ketentuan ataupun yang tidak mengikuti diklat.
Diklat kedua yaitu diklat alam selama dua hari. Pukul 07.30, para peserta sudah berkumpul di gazebo depan sekretariat UKMP dengan membawa peralatan dan perlengkapan yang sudah ditentukan oleh panitia sebelumnya. Setelah dilakukan presensi dan pemeriksaan barang bawaan, para peserta kemudian diberangkatkan menuju lokasi diklat alam di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian yang bertempat di Lawang, Malang.
Setelah melakukan isoma, peserta kemudian digiring untuk mengikuti permainan outbound. Berbagai permainan diadakan lebih mengutamakan kreatifitas dan kekompakan dari masing-masing kelompok anggota. Malam harinya dilanjutkan  dengan acara api unggun. Masing-masing kelompok menampilkan  sebuah penampilan menarik, antara lain yel-yel, operet, drama, puisi, dan bernyanyi-nyanyi.
Di hari berikutnya, dilakukan outbound mengelilingi alas di perkampungan penduduk. Kegiatan tersebut sekaligus menjadi puncak acara yang ditunggu-tunggu oleh semua peserta, karena panitia mengumumkan mereka secara resmi sebagai anggota UKMP . Dengan semangat dan suka cita mereka meneriakkan jargon UKMP, “Akulah Penulis!”.
Setelah itu, semua kegiatan dibubarkan dan para anggota UKMP pulang  kembali menuju Universitas Negeri Malang.


Kamis, 29 Maret 2012

Kesulitan Belajar Siswa dan Bimbingan


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari masih tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbadaan dalam hal intelekual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, dan pendekatan siswa dengan siswa lainnya.
Melihat kenyataan yang terjadi pada diri siswa mengenai kesulitan belajar menunjukkan bahwa banyak masalah yang dihadapi oleh siswa dalam menempuh pendidikan. Penyelenggara pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemamouan lebih dan kurang menjadi terabaikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah faktor yang membuat siswa kesulitan belajar?
2.      Bagaimanakah mendiagnosis permasalahan kesulitan belajar?
3.      Bagaimanakah bimbingan dan cara mengatasi permasalahan kesulitan belajar?

C.    Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui faktor yang membuat siswa kesulitan belajar
2.      Untuk mengetahui diagnosis permasalahan kesulitan belajar
3.      Untuk mengetahui bimbingan cara mengatasi permasalahan kesulitan belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman,berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas 2 macam, yaitu:
a.       Faktor Intern
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa yakni:
1)      Faktor fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berperan terhadap kemampuan seseorang. Anak yang dalam keadaan segar jasmaninya akan bebeda belajarnya dengan anak yang ada dalam keadaan lelah. Anak-anak yang kelebihan atau kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga dalam kegiatan belajar akan mengalami kesulitan menerima pelajaran.
2)      Faktor psikologis
Adapun yang termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara lain adalah intelegensi, perhatian, bakat, minat, motif, kematangan dan kesiapan.

·         Perhatian – Menurut al-Ghazali (2001) dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal (objek) atau sekumpulan objek.
·         Bakat – Mennurut Hilgard dalam Slameto (2003) bahwa bakat adalah capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapain kecakapan setelah belajar atau berlatih.
·         Minat – Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996) bahwa minat adalah menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu.
·         Motivasi – Menurut Slameto (2003) bahwa motivasi siswa dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa tersebut mempunyai kesiapan dalam menerimasuatu mata pelajaran dengan baik.
b.      Faktor Ekstern
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan konndisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi tiga macam:
1)      Lingkungan keluarga,
Contohnya: ketidakharmonisan antara ayah dengan ibu, suasana rumah, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2)      Lingkungan perkampungan/masyarakat,
Contohnya: wilayah perkampungan dan teman sepermainan yang nakal.
3)      Lingkungan sekolah,
Contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi alat-alat belajar yang tidak memadai, metode mengajar guru, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, dll.

Selain itu juga ditemukan ksulitan belajar siswa yang mencakup dalam pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.      Learning Disorder atau kekacauan belajar,
adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.      Learning Disfunction,
merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.      Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik murid yang bersangkutan.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.

B.     Diagnosis kesulitan belajar
Sebelum menetapkan alternative pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap hal yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.
Banyak langkah-langkah diagnosis yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1.      Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
2.      Memeriksa penglihat dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
3.      Mewawancarai orang tua untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4.      Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5.      Memberikan tes kemampuan Intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

C.    Mengatasi Kesulitan Belajar dan Bimbingan
Kesulitan belajar merupakan masalah yang cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Pola belajar anak memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai prioritas dalam kegiatannya.
Banyak alternative yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum menentukan pilihan, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
                 i.            Menganalisi hasil diagnosis;
Yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk mengetahui jenis kesulitan belajar para siswa.
               ii.   Mengidentifikasi dan menetukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
Bidang kecakapan bermasalah dapat dikategorikan menjadi tiga macam:
a.       Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
b.      Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani oleh guru dengan sehingga membutuhkan bantuan orang tua.
c.       Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani oleh guru maupun orang tua.
             iii.      Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
       iv.     Melakukan evaluasi dan tindak lanjut atas usaha pemecahan masalah untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
• Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
• Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
• Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Selain upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa, diperlukan juga seorang konselor untuk memberikan bantuan bimbingan yang intensif dan berkelanjutan agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal dan menyesuaikan diri terhadap perkembangan pribadinya dan lingkungannya.
Kemampuan yang harus dimiliki konselor terkait dengan perannya sebagai seorang konselor, tiap individu konselor harus memiliki kemampuan yang profesional yaitu mampu melakukan langkah-langkah :
1.      Mengumpulkan data tentang siswa
2.      Mengamati tingkah laku siswa
3.      Mengenal siswa yang memerlukan bantuan khusus
4.      Mengadakan komunukasi dengan orang tua siswa untuk memperoleh keterangan dalam pendidikan anak.
5.      Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga yang terkait untuk membantu memecahkan masalah siswa
6.      Membuat catatan pribadi siswa
7.      Menyelenggarakan bimbingan kelompok ataupun individual
8.      Bekerjasama dengan konselor yang lain dalam menyusun program bimbingan sekolah
9.      Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah
 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya.

B.     Saran
Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik pembelajaran.Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
  
DAFTAR RUJUKAN

E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya.2002 Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia
Ngalim Purwanto. 2004. Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Udin S. Winataputra, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar Jakarta : Grasindo.
Masdin. (2007). Psikologi Belajar. Kendari: Unhalu Press.