BAB
II
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca
Menulis Permulaan. Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program
pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan
di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada
tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas satu sekolah dasar , MMP
meruakan menu utama. Peralihan dari masa bermain di TK (bagi anak-anak yang
mengalaminya) atau dari lingkungan rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa
TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak. Hal pertama yang diajarkan
kepada anak pasa awal-awal masa persekolahan tersebut adalah kemampuan membaca
dan menulis. Kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan
bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah.
1.1.1
Pengertian Membaca
Menurut W.J.S. poerwodarminto
(1976:71) Membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisandengan tujuan
ingin mengetahui isinya. Sedangkan menurut Hendri Guntur Tarigan menggungkapkan
membaca yaitu proses pemorolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis
melalui tulisan. Pendapat lain dikemukakan oleh A.S.Broto membaca yaitu
mengucapkan lambing bunyi dapat disimpilkan bahwa yang dimaksud membaca yaitu
proses pengucapan tulisan untuk mendapatkan isi yang terkandung didalamnya.
1.1.1.1
Tujuan membaca
1.
Membaca dapat membantu memecahkan masalah
2.
Memperkuat suatu keyakinan atau
kepercayaan pembaca.
3.
Sebagai suatu pelatihan.
4.
Member pengalaman estetis.
5.
meningkatkan perstasi.
6.
Memperluas pengetahuan.
1.1.1.2 Jenis-jenis membaca
1.
Membaca teknik.
2.
Membaca dalam hati.
3.
Membaca bahasa.
4.
Membaca pustaka.
5.
Membaca cepat.
6.
Membaca indah (estetika)
1.1.2
Pengertian Menulis
Menulis adalah melahirkan pikiran atau
gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1993:968). Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu
melahirkan pikiran dalam perasaan ke dalam tulisan. Menulis atau mengarang
adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).
1.1.1.1
Tujuan Menulis
1.
Tujuan Penugasan
Penulis tidak memiliki tujuan untuk apa dia
menulis. Penulis hanya menulis, tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena
mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa ditugaskan merangkum
sebuah buku atau seorang guru disuruh membuat laporan oleh Kepala Sekolahnya.
2.
Tujuan Altruistik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para
pembaca koma, menghindarkan kedukaaan para pembaca, ingin menolong para pembaca
memahmi, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca
lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Penulis harus
berkeyakinan, bahwa pembaca dalah ”teman” hidupnya. Sehingga penulis
benar-benar dapat mengkomunikasikan suati idea tau gagasan bagi kepentingan
pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistic dapat tercapai.
3.
Tujuan Persuasif
Penulis bertujuan memnpengaruhi pembaca,
agar pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan atau
diutarakan penulis. Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis
untuk menawarkan sebuah produksi barang dagangan, atau dalam kegiatan politik.
4.
Tujuan Informasioanl (Tujuan Penerangan)
Penulis menuangkan idea tau gagasan dengan
tujuan member informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis
berusaha menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang
diinformasikan oleh penulis.
5.
Tujuan Pernyataan Diri
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau
menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca dengan melalui tulisannya,
pembaca dapat memahami “siapa” sebenarnya penulis itu.
6.
Tujuan Kreatif
Penulis bertujuan agar para pembaca, dapat
memiliki nilai artistic atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si
penulis. Di sini bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari
itu.
7. Tujuan
Pemecahan Masalah
Penulis berusaha memecahkan suatu masalah
yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para
pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
1.2
Pembelajaran MMP
1.2.1
Pembelajaran Membaca
Pembelajaran
memabaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar,
sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31).
Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca
untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan
ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read).
Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi
pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk
belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat
kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya
penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut
dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut
menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan
penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
Adapun
standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca,
untuk SD dan MI adalah “membaca huruf,
suku kata, kata, kalimat, paragraph, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk,
tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasikan dan
berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita
anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan
drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca”.
Standar
kompetensi aspek membaca di kelas satu sekolah dasar adalah siswa mampu membaca
dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca
nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam
empat buah kompetensi dasar, yakni:
1. Membiasakan
sikap membaca yang benar.
2. Membaca
nyaring.
3. Membaca
bersuara (lancar).
4. Membacakan
penggalan cerita.
1.2.2
Pembelajaran Menulis
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh
berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar atau permulaan,
pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik.
Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan melukis atau
menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur
, lambang-lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya dengan kemampuan dasar ini,
secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan,
pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis
yang dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
Untuk kemampuan menulis di kelas satu
(kelas rendah), Kurikulum 2004 menetapkan standar kompetensi sebagai berikut. Siswa mampu menulis beberapa kalimat yang
dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis kalimat yang
didiktekan guru, dan menulis rapi menggunakan huruf sambung. Standar
kompetensi ini diturunkan ke dalam tiga buah kompetensi dasar, yakni:
1.
Membiasakan sikap menulis yang benar
(memegang dan mnggunakan alat tulis).
2.
Menjiplak dan menebalkan.
3.
Menyalin.
4.
Menulis permulaan.
5.
Menulis beberapa kalimat dengan huruf
sambung.
6.
Menulis kalimat yang didiktekan guru.
7.
Menulis dengan huruf sambung.
1.3 Metode Pembelajaran
MMP
1.3.1
Metode Membaca Permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur
dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBB,1984:
649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran
membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas satu dengan tujuan agar siswa
terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa
guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam
pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan ,
antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku
kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode Struktual
Analitik Sinteksis (SAS). (Alhkadiah,1992: 32-34).
1.
Metode Abjad dan Metode Bunyi
Menurut
Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas,
misalnya:
Metode
Abjad: bo-bo à
bobo
la-ri
à
lari
Metode
Bunyi: na-na à
nana
lu-pa à lupa
2.
Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan
Metode Kata Lembaga
Kedua
metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaiakan. Misalnya:
Metode
Kupas Rangkai Suku Kata: ma ta-ma ta
pa pa-pa pa
Metode
Kata Lembaga : bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
3.
Metode Global
Metode
global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang
berpendapatbahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada
jumlah bagian-bagiannya. Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat untuk
dibaca.
4.
Metode SAS
Metode
ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.
Memgenai itu, Momo (1987) mengemukakan beberapa cara, yaitu:
1.
Tahap tanpa Buku, dengan cara:
-
Merekam bahasa siswa.
-
Menampilkan gambarsambil bercerita.
-
Membaca gambar.
-
Membaca gambar dengan kartu kalimat.
-
Membaca kalimat secara struktural (S).
-
Proses analitik (A).
-
Proses sintetik (S).
2. Tahap dengan Buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran.
-
Membaca majalah bergambar.
-
Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan siswa.
-
Membaca buku yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
-
Membaca buku yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode
ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS
menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik
adalah:
-
Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa
umumbahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat.
-
Metode ini memperhitungkan pengalaman
bahasa anak.
-
Metode ini menganut prinsip menemukan
sendiri.
Kelemahan
metode SAS, yaitu:
-
Kurang praktis.
-
Membutuhkan banyak waktu
-
Membutuhkan alat peraga
1.3.2
Metode Menulis Permulaan
1.
Metode Eja
Metode
eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis
dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu
pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan
pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai
berikut:
1).
Menulis huruf lepas.
2).
Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata.
3).
Merangkaikan suku kata menjadi kata.
4).
Menyusun kata menjadi kalimat. (Djauzak, 1996:4)
2.
Metode Kata Lembaga
Metode
kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1).
Mengenalkan kata
2).
Merangkaikan kata antar suku kata
3).
Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
4).
Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)
3.
Metode Global
Metode
global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat
secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata,
menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).
4.
Metode SAS
Menuryut
(Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita
di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik.
Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan
yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis
dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa
dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan
menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara
sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa
menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti
(Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan
sebagai berikut:
1.
Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
2.
Analitik yatu melakukan proses
penguraian.
3.
Sintetik yaitu melakukan penggalan pada
struktur semula.
Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan
dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik (Subana:176).
0 komentar:
Posting Komentar